Laman

Senin, 07 Januari 2013

Artikel Bidang Karir (Mengenal Macam-macam Metodologi Mengajar)


BIDANG KARIR BIMBINGAN DAN KONSELING

1.      Mengenal Macam-macam Metodologi Mengajar
Sebagai orang guru, kita harus mengenal bermacam-macam metodologi mengajar, agar kegaitan belajar mengajar (KMB) bejalan secara variatif, sehingga guru dan murid sama-sama semangat dalam menjalani proses KMB.
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga proses belajar berjalan dengan baik dan tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka pendidik, maka pendidik perlu mengetahui dan mempelajari beberapa metode mengajar, lalu mempraktikkan pada saat mengajar. Ada beberapa metode mengajar yang perlu diketahui oleh pendidik.
a.      Metode Ceramah (Preching Menthod)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dengan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkuan daya beli dan paham siswa. Namun demikian, ada beberapa kelemahan metode ceramah :
·         Membuat siswa pasif.
·         Mengandung unsur paksaan pada siswa.
·         Membendung daya kritis siswa (Daradjat, 1985)
·         Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik.
·         Kegiatan pengajaran menjadi verbalistik (pengertian kata-kata)
·         Membosankan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Selain terdapat beberapa kelemahan, metode ceramah juga memiliki beberapa kelebihan.
·         Guru mudah mengusai kelas
·         Guru mudah menerangkan bahan pengajaran berjumlah besar.
·         Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
·         Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
b.      Meode diskusi (Discussion Method)
Muhibbin Syah (2000) mendefinisikan metode diskusi sebagai metode meengajar yang sangat erat hubungannya dengan memcahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Ada beberapa manfaat yang diperoleh jika metode diskusi ini dapat diaplikasikan dalam proses belajar.
·         Mendorong siswa berpikir kritis.
·         Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
·         Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
·         Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Di smaping itu, metode diskusi juga memiliki bebrapa kelebihan.
·         Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
·         Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka bisa saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
·         Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Tapi metode diskusi juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
·         Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
·         Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
·         Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
·         Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
c.       Metode Demokratis (Demonstration Method)
Metode demokrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kepribadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara lansung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok pembahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000). Manfaat psikologis dari metode demonstrasi antara lain:
·         Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
·         Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
·         Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. (Daradjat,1985)
Selain itu, metode demostrasi juga memiliki kelebihan sebagai berikut :
·         Membantu anak didik memahami denga jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
·         Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
·         Kesalahan-kesalahan yang terjadi  dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan mengahadirkan objek sebernarnya. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).


Namun demikian, metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara  lain :
·         Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
·         Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
·         Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
d.      Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu, seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, tokoh serba ada, dan sebagainya.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar, siswa perlu diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Menurut Roestiyah (20001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi belajar atau memperdalam suatu pelajaran dengan melihat kenyataannya. Namun, sebelum karya wisata dilaksanakan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan, menurut Mulyasa (2005:112), antara lain:
·         Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar.
·         Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah.
·         Menganalisis sumber mengajar berdasarkan nilai-nilai pedagogis.
·         Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karya wisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
·         Membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis dan sistemaats.
·         Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif.
·         Menganalisis tujuan karya wisata, telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karya wisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:
·         Masa persiapan.
·         Masa pelaksanaan karya wisata.
·         Masa akhir karya wisata.
e.       Metode Discovery
Salah  satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan disekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Metode discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar mengusai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangakannya sendiri.
Menurut Suryosubroto, langkah-langkah pelaksanakan metodde penemuan adalah sebagi berikut :
·         Mengidentifikasi kebutuhan siswa.
·         Menyeleksi prinsip-prinsip, pengertian, konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari.
·         Menyeleksi bahan, problem, dan tugas-tugas.
·         Membantu memperjelas problem yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa.
·         Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
·         Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
·         Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa.
·         Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
·         Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
·         Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses pertemuan.
·         Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

 
v  Referensi:
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
                        Jogjakarta. PT DIVA Press . (Halaman 138) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar